Pentingnya Rasa Cinta Kebudayaan bagi Generasi Muda

Teks di bawah ini merupakan kutipan pidato saya saat mengikuti proses Ujian Praktik Bahasa Indonesia di SMA beberapa bulan yang lalu.

Menurut Selo Soemardjan, budaya adalah semua hasil karya rasa dan cipta manusia. Dan seperti yang kita ketahui, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan suku dan bahasa menyebabkan negeri ini memiliki kekayaan budaya, bahkan terjadi pencampuran kebudayaan, baik antar suku maupun antar bangsa yang terjadi di Indonesia, dan menyebabkan bertambah banyaknya warisan kekayaan bangsa kita. Tentu hal ini merupakan potensi besar bagi kepariwisataan Indonesia, yang sangat disayangkan apabila tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Perlu digarisbawahi, bahwa generasi muda merupakan generasi penerus kebudayaan bangsa, bahkan bisa dikatakan sebagai ahli waris kekayaan bangsa ini. Namun, apabila hal tersebut kita subtitusikan ke dalam kondisi yang terjadi dewasa ini, tentu menjadi suatu hal yang bertolak belakang. Generasi muda dewasa ini cenderung terbawa arus modernisasi tanpa melakukan tahap penyaringan terhadap kebudayaan-kebudayaan baru yang datang, khususnya gaya hidup masyarakat barat atau dengan bahasa sosiologi disebut westernisasi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang asing sangat tertarik memelajari kebudayaan bangsa ini. Bahkan beberapa waktu lalu media massa meliput seorang wanita Kaukasoid asal Amerika Serikat memiliki pekerjaan sebagai pesinden, pria asal Australia memiliki keahlian sebagai dalang wayang kulit, dsb. Kesan pertama saat kita mengetahui hal tersebut, tentu sangat membanggakan, namun apabila dipikir-pikir sungguh sangat memprihatinkan. Hal ini menimbulkan beberapa pertanyaan, “di manakah peran generasi muda sebagai ahli waris kebudayaan bangsa ini?” dan “Haruskah orang lain yang menggantikan posisi kita itu?”.

Tidak hanya itu, beberapa kali diberitakan ketegangan antara Indonesia dengan beberapa negara lain, khususnya Malaysia, perihal terampasnya kebudayaan kita. Sebenarnya generasi muda juga patut disalahkan, seperti hal-nya sebuah uang yang jatuh ditempat umum karena pemiliknya tidak berhati-hati menjaganya, tentu ada orang lain yang berniat mengambil karena uang tersebut berharga dan bisa digunakan sebagai alat tukar untuk keperluan lain. Sangat logis kebudayaan kita diambil bangsa lain, karena kita yang notabenenya sang ahli waris tidak menjaga warisan tersebut dengan sebaik-baiknya, bahkan cenderung membuangnya.

Maka dari itu, marilah kita, generasi muda sebagai satu-satunya ahli waris menjaga warisan tersebut, dengan cara melestarikannya dan dimulai dari tumbuhnya rasa cinta terhadap kebudayaan bangsa.

God bless u and be blessing for many people!
Hormat saya,
Gabriel Latupeirissa

Komentar

Aji mengatakan…
Wah this one is even better Gar. Very...very...impressive. I am so proud of you. Tante aji juga ada blog tapi payah aku engga selancar kamu dalam menulis atau mengungkapakn pendapat. I do journals tapi hanya utk konsumsi pribadi. I love you writing. Terus berkarya Gar. You have belssed me already. Love you and God bless you.
~ JNZ ~ mengatakan…
bener dek... aku yah baru bisa belajar apresiasi budaya pas tinggal dsini (bali) lho...
walaupun budaya Indonesia banyak bgt ya, mungkin karna sekalinya aku tinggal di daerah ya di Bali ini... we dont see many of cultures di Jakarta except budaya macet hihi...

pertama kali aku amazed adalah pas upara plebon oom guy... walopun seblum2nya pasti sering ya liat orang upacara, tp mungkin karna pas plebon itu ikut serta langsung di dalemnya, jadi berasa banget budayanya, berasa kaya jadinya, kaya budaya... sayangnya dulu ga sempet foto2 ato nulis soal ini... sempet sih nulis singkat, tapi pas plebon kakak tirinya oom guy (http://nohymen.blogspot.com/2005/08/plebon-drs-tjokorda-alit-partha.html)...

if i had the chance to see other cultures, especially yg di ambon yah, pengen bangettt....