Membahasaindonesiakan Bahasa Indonesia

Hahahahaha. Asli senangnya, bisa nulis lagi di wadah yang tepat buat tumpahan otak saya. Udah lama banget nggak nulis. Berkat dorongan para pembaca yang rela menulis suratnya (comment), akhirnya saya menulis lagi. Thankyou everyone who left your comment on my blog! You are realy inspiring me lho! Thankyou! Thankyou! Lap yu!

Seiring dengan perkembangan pengalaman hidup, udah mengalami asam garamnya dunia, terjadi perubahan pula dalam gaya hidup saya, termasuk gaya nulis. Contohnya pas masih norak, kalo nulis kata "nggak" saya singkat dengan huruf "g", sekarang udah nggak norak-norak amat, udah sok-sok british pula hobi-nya nyelipin Bahasa Inggris, biar kata dibilang keren. BIG LALALALLALA FOR ME! Nggak dueng, asli murni pengen latihan aja buat ngedevelop diri sendiri.

Nah, ada hubungannya dengan bahasa asing, kali ini saya mau bahas tentang kata serapan dalam bahasa Indonesia, yang tentunya diserap dari bahasa asing. Sebenernya sih ngerasa kurang pantes untuk menyuarakan hal ini, tapi ya namanya juga blog gue kan? ya berarti suka-suka gue juga dong (nggak gitu juga sih. hehe). Pengen ngebahas ini, karena keprihatinan saya terhadap Bahasa Indonesia dari orang-orang yang suka sok-sok bilingual, nyampuradukin bahasa asing sama Bahasa Indonesia(termasuk saya sendiri. hehe).

Jadi gini, kan sekarang banyak tuh yang doyanannya membilingualkan diri sendiri (nih gue contohnya), akhirnya ada beberapa kata yang diserap oleh khalayak menjadi Bahasa Indonesia, ibaratnya udah jadi kesepakatan bersama kata tersebut dibahasaindonesiakan. Contoh, kalau orang nanya ke saya "Gar, lo kuliah ambil jurusan apa?", saya jawab "DKV - Desain Komunikasi Visual". Ada yang aneh? Sekilas sih nggak ada. Tapi kalo diperhatiin kata "desain" itu kan kata serapan dari Bahasa Inggris, yaitu "design" kaaan, yang kalau di Bahasa Indonesia artinya sama kayak "rancang". Nah, ini dia yang batin saya khawatirkan, dan jadi pertanyaan, kenapa harus mengadopsi kata "design" ke dalam Bahasa Indonesia? Wong udah ada kata "rancang" kok. Kenapa nggak Perancangan Komunikasi Visual? Untungnya sejauh ini, untuk kata komunikasi dan visual yang juga emang kata serapan dari Bahasa Inggris juga, belum saya temuin kata dalam Bahasa Indonesia yang artinya sama dengan itu. Trus kasus lain, kita sering nyebutin profesi ini dengan sebutan artis, ngadopsi dari kata "artist" pada Bahasa Inggris, padahal Bahasa Indonesia udah punya kata "seniman".

Contoh lain, yang lucu juga ada kata dalam Bahasa Inggris yang diperlakukan bak Bahasa Indonesia, jatohnya? maksa. Hehe. Contohnya, kaya yang saya lakuin di baris terakhir paragraf kedua. Kenapa harus nulis "ngedevelop"? enakan juga ngomong ngembangin.

Nah, ini dia yang saya takutin, takut banget ke depannya orang udah nggak kenal lagi kata "rancang", "seniman", dll. Karena gaya ngomong yang bilingual udah jadi kebiasaan, akhirnya bahasa jadi kecampur-campur. Kalo saya boleh saran, kalo mau bilingual mending yuk pake per-kalimat aja, nggak usah satu per-kata. Supaya nggak ada percampuradukan bahasa, apalagi sampe mengadopsi kata asing, dan menganaktirikan Bahasa Indonesia. Yuk kita sama-sama, membahasaindonesiakan Bahasa Indonesia!

Komentar

Anonim mengatakan…
setuju banget , gar. emang sih banyak orang yang suka nyampurin dua bahasa sekalian. koreksi yang bagus.. keren.. gua aja ga kepikiran sampe situ.. makasi gar,